Diduga Kalapas Pemuda Kelas llA Tangerang Alergi Terhadap Wartawan

Kota Tangerang, MCN Nusantara — Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Pemuda kelas llA Tangerang, Yogi Suhara diduga alergi terhadap Wartawan, pasalnya selalu saja terkesan menghindar saat awak media mau meminta konfirmasi serta klarifikasi terkait Viralnya berita- berita dari berbagai media masa, baik online, cetak maupun streaming.
Di zaman keterbukaan lnformasi seperti saat ini, sosok pejabat dari berbagai kalangan tentu sudah tidak asing lagi dengan media yang mana segala bentuk kegiatan selalu diberitakan, apalagi ada temuan yang di perlukan untuk dikonfirmasi dan klarifikasi.
Khususnya dari sejumlah pemberitaan viral diberbagai portal media terkait dugaan peredaran Narkoba di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pemuda Kelas IIA Tangerang, namun sampai saat ini belum ada tanggapan yang serius dari pihak Kalapas beserta jajarannya.
Sementara atas perihal itu, untuk meminta klarifikasi saja kepada Yogi Suhara selaku Kalapas teramat sulit untuk diakses dan terkesan tidak kooperatif kepada jurnalis, hingga surat resmi terkait permohonan Audensi pun diabaikan nya.
Ferry, staf Lapas Pemuda kelas llA Tangerang, yang biasanya bisa berinteraktif dengan awak media, hanya bisa berjanji untuk bisa beraudensi, tetapi hasilnya nihil. Saat awak media komunikasi dengan Ferry, di jawab lagi Zoom metting tetapi selang 7 menit kemudian Ferry kedapatan lagi kongkow kopi darat dengan kolega nya di depan Lapas Pemuda kelas llA Tangerang. Ini disebut salah satu pegawai yang pola pikir nya di liputi dengan bahasa kebohongan.
Diduga sosok Ferry yang menghalang- halangi untuk para awak media bisa audensi atau bertemu dengan Kalapas maupun KPLP. Sementara Kalapas dan KPLP masih baru menjabat di Lapas Pemuda Kelas llA Tangerang.
Sejumlah awak media yang datang untuk kepentingan mendapatkan informasi, menjadi terkendala, hingga menimbulkan kontroversi dengan berbagai tudingan menyikapi sikap Kalapas yang tidak mencerminkan profesional dan mengedepankan pelayanan dalam menjaga sebuah ikatan harmonis selaku mitra kerja antara media dan Lapas secara tidak langsung menjadi terputus.
Timbulnya pertanyaan apakah peredaran Narkoba di dalam Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang dipelihara sebagai “TAMBANG EKONOMI” untuk para oknum pegawai di Lapas??, inilah fakta yang belum terungkap, lagi- lagi hanya pembungkaman yang menjadi soal dengan tidak kooperatifnya Kalapas. Seharusnya peran penting Kalapas adalah sebagai leading sektor untuk menyambungkan dan menjawab dari pertanyaan agar informasi tidak liar.
Bagaimana mungkin terjadi, pernyataan dari salah satu petugas di pos penjagaan mengatakan seolah dibawah kepemimpinan Yogi tidak open kepada jurnalis jelas tergambar.
“Kalapas sekarang beda tidak sama dengan Kalapas sebelum- sebelumnya, sudah banyak wartawan datang kesini sama tidak bisa ketemu, bingung saya juga, malah kita jadi pusing, “katanya saat mempertanyakan Audensi yang belum ada kepastian dari Kalapas, Rabu (7/5/25).
Dilokasi yang sama, Subarna selaku Sekjend dari Asosiasi Kabar Online Indonesia (AKRINDO) DPD Banten, turut angkat bicara terkait hal tersebut.
” Peran penting Kalapas sangat menunjang kridebelitas kepemimpinan, jika Kalapas bungkam terkait informasi dugaan peredaran narkoba yang beredar, itu tentunya menjadi kesalahan besar dimana kepentingan publik menjadi liar, semestinya pihak lapas memberikan tanggapan karena ini masalah serius, “katanya.
Dirinya, menyesalkan atas sikap Kalapas yang tidak respon kepada jurnalis.
“wajar jika publik menilai adanya tudingan liar kepada Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang, dia juga menyesalkan padahal jurnalis sebagai mitra yang dapat membantu untuk kemajuan bukan dihindari, konsekuensi jika ada masalah yang berdampak lingkungan dilapas itu artinya ketidak becusan dalam menata kelola kerja diranah Lapas, apa memang benar nih didalam menjadi sarang narkoba??”, lanjutnya.
Saya berharap kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kemenimipas) mendengar dan dapat mempertimbangkan kepemimpinan Yogi Suhara sebagai Kalapas Pemuda Kelas IIA Tangerang, serta dapat turun langsung untuk mengevaluasi atas informasi yang telah beredar, jika terbukti maka harus ditindak sesuai aturan yang berlaku.
Selain itu, Subarna menjelaskan dengan sengaja telah dianggap menutup diri dan memutus atas kepentingan jurnalis untuk mendapatkan informasi sangat tidak bijaksana hal yang salah kaprah, karena nantinya pasti berdampak kepada kemajuan dan kemitraan menjadi tidak harmonis, tutupnya.
Belum lagi terkait 59 Warga Binaan yang di over ke Nusakambangan yang belum tersentuh oleh para awak media, kenapa hanya kalangan biasa dan kenapa para bandar Narkoboy nya tetap di tahan di Lapas Pemuda kelas llA Tangerang…??
(Syams 007)